JAKARTA - Untuk memahami lebih dalam mengenai dinamika organisasi, baik secara teori maupun praktik, penting bagi kita untuk mengetahui terlebih dahulu apa itu teori organisasi.
Bagi kamu yang sedang aktif di dalam suatu organisasi atau baru mulai mempelajari ilmunya, artikel ini bisa menjadi sumber informasi yang tepat.
Dalam pembahasan ini, kamu akan menemukan penjelasan lengkap tentang konsep organisasi, pengertian dan landasan dari teori organisasi, serta beragam jenis teori yang pernah berkembang.
Semua materi tersebut akan sangat bermanfaat untuk memperluas wawasanmu terkait dunia organisasi. Mari kita telusuri bersama untuk memahami lebih jauh apa itu teori organisasi dan bagaimana penerapannya dalam berbagai konteks.
Pengertian Organisasi
Organisasi dapat dipahami sebagai sebuah entitas sosial yang terdiri dari sekelompok orang yang saling berinteraksi secara teratur, membentuk sistem yang terstruktur.
Dalam sistem tersebut, setiap individu memiliki peran dan tanggung jawab masing-masing, serta bersama-sama bergerak menuju pencapaian tujuan tertentu.
Organisasi juga memiliki batasan yang jelas, yang membedakannya dari lingkungan di luar struktur tersebut.
Burky dan Perry mendefinisikan organisasi sebagai suatu kesatuan yang tersusun dari individu-individu yang bekerja secara kolektif untuk mencapai sebuah tujuan bersama.
Dalam buku Teori Organisasi, dijelaskan bahwa keberadaan organisasi berawal dari motivasi sekelompok orang yang ingin mencapai tujuan spesifik.
Buku tersebut juga mengulas bagaimana kerja sama dapat dibangun di dalam organisasi, serta bagaimana struktur organisasi dapat dikelola agar fungsinya berjalan secara optimal.
Apa Itu Teori Organisasi
Apa itu teori organisasi? Ini adalah pendekatan konseptual yang digunakan untuk memahami bagaimana individu bekerja sama dalam suatu kelompok demi mencapai tujuan bersama.
Teori ini menyoroti sifat interaksi antaranggota, serta menjelaskan berbagai bentuk perilaku—termasuk motivasi pribadi—dalam proses kolaborasi di lingkungan organisasi.
Menurut Lubis dan Husaini (1987), teori organisasi mencakup kumpulan pengetahuan yang membahas cara kerja sama antara dua orang atau lebih secara sistematis untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Sementara itu, Stephen P. Robbins (1994) mendefinisikannya sebagai cabang ilmu yang fokus pada struktur dan rancangan organisasi.
Ia menekankan bahwa teori ini tidak hanya bersifat deskriptif, tetapi juga bersifat perspektif, karena menjelaskan cara organisasi dibentuk dan disusun serta menawarkan metode untuk meningkatkan efektivitas organisasi secara menyeluruh.
Dari berbagai penjelasan tersebut, dapat dipahami bahwa teori organisasi berperan penting dalam menggambarkan aktivitas kerja sama di dalam organisasi serta menjadi panduan dalam pengambilan keputusan berdasarkan kemungkinan hasil dari keputusan tersebut.
Teori Organisasi Berdasarkan Level Analisis
Beragam jenis teori organisasi dapat ditemukan dalam berbagai literatur dan referensi akademik.
Menurut Scott dalam Legard (2010), teori organisasi diklasifikasikan ke dalam tiga tingkat analisis, yakni tingkat sosial-psikologis, tingkat struktural, dan tingkat makro. Berikut penjelasan dari masing-masing level tersebut:
Tingkat Sosial-Psikologis
Jenis teori organisasi pada level ini lebih menekankan pada interaksi antarindividu serta hubungan personal dalam sebuah organisasi.
Para ahli berusaha menguraikan bagaimana individu-individu di dalam organisasi saling berinteraksi untuk meraih tujuan mereka masing-masing.
Tingkat Struktural
Pada level ini, fokus utama terletak pada keseluruhan organisasi serta bagian-bagian kecil di dalamnya, seperti divisi, tim, atau departemen.
Para pakar menganalisis bagaimana tiap unit dalam organisasi saling terhubung dan bekerja sama guna memenuhi sasaran masing-masing unit.
Tingkat Makro
Level makro dari teori organisasi mengulas bagaimana suatu organisasi menjalin hubungan dengan organisasi lain maupun komunitas eksternal.
Dalam konteks ini, para ahli berupaya menjelaskan bagaimana keterkaitan antarlembaga atau antarorganisasi memengaruhi pencapaian tujuan masing-masing pihak.
Teori Organisasi
Seiring berjalannya waktu, perkembangan teori organisasi telah mengalami berbagai transformasi yang tercermin dari variabel-variabel utama yang menjadi titik fokus pembahasannya.
Perubahan ini kemudian diklasifikasikan ke dalam tiga pendekatan utama, yaitu teori manajemen ilmiah, teori hubungan antar manusia, dan teori aliran kuantitatif.
Berikut penjabaran lebih lanjut mengenai teori organisasi yang dikelompokkan ke dalam tiga jenis tersebut:
1. Teori Manajemen Ilmiah atau Klasik
Pendekatan manajemen ilmiah menekankan sejumlah aspek penting, antara lain:
-Peran vital seorang manajer dalam operasional organisasi
-Optimalisasi dan pemanfaatan tenaga kerja
-Tanggung jawab terhadap kesejahteraan pegawai
-Penciptaan lingkungan kerja yang mendukung
-Teori ini juga memiliki prinsip-prinsip khusus dalam pembagian kerja yang diperkenalkan oleh para tokoh berikut:
a. Robert Owen (1771–1858)
Ia menyoroti pentingnya peran manusia sebagai aset utama dalam kesuksesan organisasi. Gagasannya muncul dari kondisi kerja yang buruk pada masa itu, sehingga ia mendorong perbaikan lingkungan dan syarat kerja bagi para pekerja.
b. Charles Babbage (1792–1871)
Babbage mendorong pembagian kerja yang sistematis agar setiap pekerja bisa dilatih sesuai keahlian tertentu. Dengan spesialisasi ini, mereka hanya bertanggung jawab atas tugas yang sesuai dengan kompetensinya.
c. Frederick W. Taylor
Melalui studi waktu dan gerak (time and motion studies), Taylor merumuskan pendekatan ilmiah dalam manajemen. Ia menghubungkan kecepatan penyelesaian pekerjaan dengan sistem upah berbasis hasil yang disebut sistem upah diferensial.
d. Henry L. Gantt (1861–1919)
Gantt menyampaikan gagasan serupa dengan Taylor, tetapi ia lebih menekankan pada kerja sama harmonis antara karyawan dan manajer, serta pentingnya sistem bonus dan pelatihan.
Ia tidak sependapat dengan sistem upah diferensial karena dianggap kurang efektif dalam meningkatkan motivasi kerja.
e. Frank B. Gilbreth dan Lillian M. Gilbreth (1868–1924 dan 1878–1972)
Pasangan ini mengembangkan studi tentang hubungan antara gerakan kerja dan kelelahan.
Frank menekankan bahwa pengurangan gerakan akan mengurangi beban kerja, sementara Lillian menyoroti pentingnya efisiensi gerakan untuk menurunkan tingkat kelelahan.
f. Harrington Emerson (1853–1931)
Emerson menganggap pemborosan dan ketidakefisienan sebagai hambatan utama dalam sistem manajemen industri.
Ia merekomendasikan beberapa prinsip manajerial seperti: tujuan yang jelas, aktivitas yang logis, jumlah staf yang memadai, sistem insentif, disiplin kerja, laporan akurat, serta penerapan standar pada operasi dan instruksi.
2. Teori Hubungan Antar Manusia
Pendekatan yang digunakan dalam teori ini berfokus pada aspek psikologis para bawahan.
Tujuannya adalah memahami perilaku individu sebagai bagian dari suatu kelompok dalam konteks hubungan sosial, yang bertujuan meningkatkan produktivitas kerja mereka.
Oleh karena itu, teori ini menyarankan agar para manajer dalam suatu organisasi memperhatikan dimensi sosial dan psikologis karyawan.
Pasalnya, organisasi dipandang sebagai suatu sistem sosial, sehingga keberhasilan dalam meningkatkan kinerja sangat bergantung pada terpenuhinya kebutuhan sosial para pekerja.
Berikut adalah tokoh-tokoh penting dalam pengembangan teori hubungan antar manusia:
-Abraham Maslow memperkenalkan hierarki kebutuhan sebagai pendekatan dalam menjelaskan perilaku manusia dan dinamika motivasi kerja.
-Douglas McGregor merumuskan dua pandangan berbeda tentang motivasi karyawan yang dikenal sebagai Teori X dan Teori Y.
-Frederick Herzberg menyampaikan gagasan tentang teori dua faktor, yang memisahkan aspek motivasional dan higienis dalam lingkungan kerja.
-Robert Blake dan Jane Mouton menawarkan lima gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam situasi manajerial tertentu.
-Rensis Likert mengembangkan klasifikasi tentang empat sistem manajemen berdasarkan penelitian intensif terhadap perilaku organisasi.
-Fred Fiedler memperkenalkan pendekatan kontingensi dalam studi kepemimpinan, menyesuaikan gaya dengan situasi yang dihadapi.
-Chris Argyris memandang organisasi sebagai sistem sosial yang berakar pada interaksi budaya dan hubungan antarmanusia.
-Edgar H. Schein mengkaji dinamika kelompok dalam organisasi, termasuk bagaimana budaya dan perilaku kelompok berkembang di dalamnya.
3. Teori Aliran Kuantitatif
Pendekatan ini dikenal juga dengan istilah ilmu manajemen, karena didasarkan pada analisis matematis yang bersifat objektif dan dapat diuji secara ilmiah.
Fokus utamanya adalah pengambilan keputusan yang rasional melalui proses yang sistematis. Langkah-langkah umum dalam pendekatan ini mencakup:
-Merumuskan permasalahan yang dihadapi
-Membuat model matematika yang merepresentasikan situasi tersebut
-Menemukan solusi dari model yang telah dirancang
-Mengevaluasi hasil dari model tersebut
-Menetapkan sistem pengawasan berdasarkan temuan
-Melakukan penerapan atau implementasi di lapangan
Dalam pelaksanaannya, pendekatan ini banyak dibantu oleh penggunaan metode statistik dan alat komputasi untuk menganalisis peluang atau kemungkinan yang relevan, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan manajerial.
4. Teori Birokrasi
Konsep birokrasi pertama kali diperkenalkan oleh Max Weber, yang membahasnya dalam karya berjudul The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism. Istilah birokrasi sendiri merujuk pada sistem organisasi yang bersifat legal-rasional.
Sebuah organisasi disebut legal karena memiliki landasan wewenang yang bersumber dari aturan dan prosedur yang tersusun secara sistematis.
Sementara itu, rasionalitasnya tercermin dalam penetapan tujuan serta desain struktur yang mendukung pencapaian tujuan tersebut secara efisien. Max Weber mengemukakan bahwa birokrasi memiliki enam ciri utama, yaitu:
-Pembagian tugas yang terspesialisasi dan jelas
-Struktur hierarki yang terdefinisi dengan baik
-Sistem kerja yang rasional untuk menggapai sasaran organisasi
-Prosedur standar yang digunakan untuk menangani berbagai situasi kerja
-Aturan formal yang mengatur hak dan tanggung jawab dari tiap posisi jabatan
-Interaksi antarindividu yang bersifat impersonal, demi objektivitas kerja
5. Teori Administrasi
Teori ini berkembang berkat kontribusi dari beberapa tokoh penting, di antaranya Henri Fayol dan Lyndall Urwick dari Eropa serta Mooney dan Reiley dari Amerika Serikat.
Henri Fayol, seorang tokoh industri asal Prancis yang hidup antara tahun 1841 hingga 1925, dikenal sebagai pelopor teori administrasi modern.
Ia merumuskan 14 prinsip manajemen yang hingga kini masih menjadi acuan dalam praktik administrasi organisasi, antara lain:
-Spesialisasi kerja (division of work)
-Hubungan antara wewenang dan tanggung jawab (authority and responsibility)
-Pentingnya kedisiplinan (discipline)
-Satu atasan untuk satu bawahan (unity of command)
-Arahan yang konsisten menuju tujuan bersama (unity of direction)
-Mengutamakan kepentingan umum dibanding pribadi (subordination of individual interest)
-Imbalan yang adil (remuneration of personnel)
-Pengendalian sentral (centralization)
-Jalur wewenang yang terstruktur (scalar chain)
-Ketertiban dalam penempatan (order)
-Keadilan dalam perlakuan (equity)
-Stabilitas posisi karyawan (stability of tenure)
-Memberi ruang untuk inisiatif (initiative)
-Membangun semangat tim (esprit de corps)
Selain itu, Fayol juga membagi proses administrasi ke dalam lima fungsi utama yang dikenal sebagai Fayol’s Functionalism atau teori fungsionalisme Fayol, yaitu: merancang perencanaan, menyusun pengorganisasian, mengeluarkan instruksi atau perintah, melakukan koordinasi, dan menjalankan pengawasan.
Teori Organisasi Menurut Stephen P. Robbins
Stephen P. Robbins pada tahun 1995 pernah mengklasifikasikan teori organisasi ke dalam empat kelompok utama berdasarkan pendekatan dan fokus kajian para ahli di masing-masing kategori tersebut.
1. Teoretikus Tipe 1
Kelompok pertama ini dikenal sebagai aliran klasik. Fokus utama mereka adalah membangun model organisasi yang dapat diterapkan secara umum.
Pandangan mereka terhadap organisasi bersifat tertutup, dengan penekanan pada pencapaian tujuan secara efisien dan terstruktur.
Tokoh-tokoh berpengaruh dalam kelompok ini antara lain Frederick W. Taylor dengan pendekatan manajemen ilmiahnya, Henry Fayol yang merumuskan prinsip-prinsip organisasi, Max Weber melalui konsep birokrasi, serta Ralph Davis yang memperkenalkan teori perencanaan rasional.
2. Teoretikus Tipe 2
Para pemikir di kelompok ini mengembangkan pendekatan yang menyesuaikan organisasi dengan aspek sosial.
Mereka membentuk arus pemikiran yang dikenal sebagai human relations school, di mana organisasi dipandang sebagai tempat berkumpulnya tugas dan interaksi manusia.
Kontribusi penting datang dari Elton Mayo melalui studi Hawthorne, Chester Barnard dengan teori sistem kerja sama, Douglas McGregor lewat teori X dan Y-nya, serta Warren Bennis yang menolak pendekatan birokratis dan memperkenalkan teori anti-birokrasi.
3. Teoretikus Tipe 3
Kelompok ini lebih menekankan pendekatan kontingensi, yaitu bahwa pengelolaan organisasi tidak bisa diseragamkan dan harus disesuaikan dengan situasi tertentu. Mereka berada di antara dua pendekatan besar: mekanistik dan humanistik.
Beberapa pemikir kunci dalam kategori ini adalah Katz dan Kahn yang membahas organisasi dari perspektif lingkungan dan teknologi, serta kelompok Aston yang menyoroti pengaruh ukuran organisasi dalam teori mereka.
4. Teoretikus Tipe 4
Para ahli dalam kelompok terakhir ini menekankan aspek politik dalam dinamika organisasi. Mereka melihat bahwa dalam organisasi terdapat kepentingan yang saling bertentangan, negosiasi kekuasaan, serta dinamika pengaruh.
Contohnya adalah March dan Simon yang menyoroti keterbatasan kognitif dalam rasionalitas organisasi, dan Jeffrey Pfeffer yang memandang organisasi sebagai arena politik tempat berbagai pihak saling bersaing untuk mendapatkan pengaruh.
Sebagai penutup, dari berbagai pendekatan yang telah dibahas, pemahaman tentang apa itu teori organisasi menjadi landasan penting dalam melihat bagaimana struktur, perilaku, dan dinamika organisasi terbentuk serta berkembang dalam berbagai konteks.